Jumat, 27 Januari 2012

AS Akan Tingkatkan Kehadiran Militer di Filipina


WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Filipina dikabarkan sedang bernegosiasi dengan Amerika Serikat untuk mencari cara meningkatkan kehadiran militer AS di negara kepulauan itu dalam waktu dekat tanpa menimbulkan friksi politik terlalu besar. Peningkatan kehadiran militer AS ini dilakukan untuk menghadapi China yang makin agresif di kawasan Asia Tenggara.

Demikian dilaporkan surat kabar The Washington Post, Kamis (26/1/2012) pagi. Negosiasi tersebut memang masih berada pada tahap awal, tetapi baik para pejabat AS maupun Filipina cenderung setuju untuk mencapai sebuah kesepakatan. Mereka dijadwalkan melakukan pembicaraan intensif hari ini dan Jumat (27/1/2012) besok di Washington, sebelum digelar pertemuan di tingkat yang lebih tinggi pada bulan Maret.

Berbagai opsi yang dibicarakan, antara lain, pengoperasian kapal-kapal perang AS dari pangkalan militer di Filipina, penempatan pasukan AS secara bergilir, dan pelaksanaan latihan militer bersama dengan frekuensi yang lebih sering.

Saat ini sudah ada sekitar 600 personel pasukan Operasi Khusus AS di Filipina, yang bertugas melatih prajurit Filipina memerangi pemberontak yang berafiliasi dengan jaringan Al Qaeda di Pulau Mindanao.

Jika rencana ini terlaksana, penempatan militer AS di Filipina akan menyusul kesepakatan-kesepakatan sebelumnya, yakni penempatan 2.500 prajurit Marinir AS di pangkalan militer Australia di Darwin dan penempatan kapal perang di pangkalan militer di Singapura.

Dalam semua kesepakatan itu, AS tidak akan membangun pangkalan militernya sendiri, tetapi hanya menjadi "tamu" di pangkalan militer milik negara yang bersangkutan.

"Kami tak punya keinginan atau kepentingan untuk membangun pangkalan militer khusus AS di Asia Tenggara. Dalam setiap kesepakatan ini, inti setiap keputusan dan diskusinya adalah bagaimana kami bekerja lebih baik dengan teman-teman dan para sekutu kami. Dan kuncinya adalah bekerja dari lokasi-lokasi mereka," tandas Robert Scher, deputi asisten Menteri Pertahanan AS yang mengurusi kebijakan keamanan AS di kawasan Asia Tenggara.

Pihak Filipina terang-terangan mengatakan langkah ini diambil sebagai reaksi langsung atas ancaman China yang telah berkembang menjadi kekuatan utama militer di kawasan."Kita bisa melihat ke negara lain: Australia, Jepang, dan Singapura. Kami bukan satu-satunya yang melakukan ini, dan ada alasannya. Kami semua menginginkan kawasan yang stabil dan damai. Tak ada yang ingin melawan atau berkonfrontasi dengan China," tutur seorang pejabat Filipina yang terlibat dalam perundingan dengan AS tersebut.

Langkah Filipina "mengundang" kehadiran militer AS yang lebih besar tersebut terjadi tepat dua dasawarsa setelah mereka sendiri "mengusir" militer AS dari Pangkalan AL Teluk Subic setelah parlemen Filipina menolak memperpanjang traktat kerja sama militer dengan AS pada 1992. Sebelumnya, pangkalan AL Subic dan pangkalan AU Clark menjadi pangkalan militer terbesar AS di kawasan Pasifik selama hampir seabad.

Dalam pembicaraan yang tengah dilakukan, para pejabat dari kedua negara tak menutup kemungkinan kapal-kapal perang AS akan diperbolehkan menggunakan kembali fasilitas di pangkalan Subic.

Selain dengan Filipina, AS juga dikabarkan tengah menjajaki kerja sama militer yang lebih erat dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand dan Vietnam.

Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar