Rabu, 20 Juli 2011

Inovasi Membangun Karakter Bangsa Maritim

Bertepatan dengan pelaksanaan Dies Natalis Unhas ke-55, kurang lebih 3.000 sivitas akademika dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia akan hadir di Universitas Hasanuddin, kampus terbesar dan terluas di Kawasan Timur Indonesia pada pelaksanaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) XXIV tanggal 18 hingga 22 Juli 2011.

Peserta kegiatan ilmiah mahasiswa berskala nasional ini akan mengikuti perlombaan karya ilmiah yang sangat digandrungi oleh para mahasiswa kreatif dan inovatif se-Indonesia. Salah satu karya penunjang yang diangkat pada kegiatan Pimnas ini dan diharapkan menjadi agenda tahunan sekaligus menjadi ikon lomba Universitas Hasanuddin yaitu lomba karya tulis kemaritiman (LKTM, Teknologi, Sosek, budaya, hukum).
 
Selain dari itu forum pertemuan ilmiah mahasiswa nasional yang memperebutkan Piala Menteri Pendidikan Nasional “Adikarta Kertawidya” ini tentunya diharapkan menjadi ajang komunikasi mahasiswa berprestasi sebagai calon intelektual yang diharapkan mampu memecahkan berbagai masalah aktual yang mendera bangsa ini.

Pada tahun yang sama, tanggal 25 hingga 27 September 2011, masih dalam rangkaian pelaksanaan kegiatan Dies Natalis Unhas ke-55 akan menggelar seminar nasional kelautan bertema “Laut untuk Kesejahteraan Rakyat”. Pada kesempatan tersebut para ahli kelautan, mahasiswa, LSM, atau pihak yang mempunyai keterkaitan dengan isu pesisir dan laut se-Indonesia di bawah Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI) serta pemerhati kelautan berkumpul di Makassar sehingga even ini akan menjadi momentum penting dan strategis dalam membahas kebijakan kelautan Indonesia.

“Inovasi untuk Membangun Karakter Bangsa Maritim” adalah tema yang diusung Universitas Hasanuddin sebagai penyelenggara kegiatan Pimnas kali ini. Tema tersebut sangat tepat jika kita menoleh kembali pada pola ilmiah pokok sejak didirikannya yaitu pengembangan riset bidang kelautan, dan menjadi tantangan pada posisinya di kawasan timur Indonesia yang memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya keanekaragaman hayati laut cukup besar. Kekayaan tersebut melalui karya dan inovasi anak bangsa tentunya diharapkan mampu untuk didayagunakan sebagai asset nasional yang strategis bagi kemajuan dan kesejahteraan.

Menjadi kenyataan pahit bahwa Pembangunan bidang kemaritiman terabaikan selama tiga dasawarsa pemeritahan orde baru. Perhatian dan cara pandang teresterial pemerintah yang masih terkonsentrasi pada pengurasan dan pengelolaan sumberdaya kontinental secara besar-besaran dalam menyangga perekonomian nasional. Meskipun, pada pemerintahan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) awal tahun 2000 telah didirikan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), dan program yang dicita-citakan pemerintahan SBY “keberpihakan dan keadilan ” yakni “pro poor, pro job pro growth, pro business dan pro sustainable” telah berjalan, namun spirit menggaungkan potensi dan kekayaan laut Indonesia belum sepenuhnya menjadi perhatian para pengambil kebijakan. Pemanfaatan sumber daya kelautan di Indoneisa masih bersifat sektoral dan secara dominan dicirikan oleh kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstraktif atau pengurasan dan pengerukan sumber daya kelautan yang menyebabkan kerusakan lingkungan pada ekosistem laut berupa kerusakan fisik dan pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan laut serta terjadinya deforestrasi hutan mangrove, degradasi terumbu karang, dan padang lamun. Padahal, sejarah menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara maritim dengan kekayaan sumberdaya alam (natural resources endowment) di sektor kelautan melimpah sehingga dalam beberapa abad lamanya, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan peradaban di wilayah Nusantara memiliki kekuatan ekonomi dan politik dengan berbasis pada sumber daya kelautan.

Apa yang terjadi dengan potensi ekonomi laut kita. Laut belum memberikan sumbangan signifikan terhadap peningkatan ekonomi nasional karena belum dimanfaatkasn secara optimal, sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan hidup manusia sumberdaya laut kita sudah mulai terdegredasi. Hingga hari ini, negara kita masih mengimpor garam, masih mengimpor ikan, jasa transportasi laut dan wisata bahari masih dikuasai asing, kekuatan angkatan laut kita belum sepenuhnya mampu melindungi perairan dari gangguan negara tetangga.

Padahal bila kita melihat pengembangan kelautan secara integrative, memanfaatkan laut sebagai sumber aktivitas ekonomi bukanlah suatu hal yang tidak memungkinkan. Indonesia memiliki potensi laut dan pesisir yang sangat besar yakni sumberdaya alam terbarukan (renewable resources), seperti yang antara lain meliputi sumberdaya perikanan, hutan mangrove, terumbu karang, rumput laut, dan senyawa-senyawa bioaktif sebagai bahan baku industri farmasi. Negara kita juga memiliki sumberdaya alam tak terbarukan (non-renewable resources) seperti minyak dan gas bumi, timah, mangan, fosfor, dan mineral, serta jasa-jasa lingkungan (environmental services) kelautan berupa media transportasi dan komunikasi, pariwisata dan penelitian. Kesemuanya itu diharapkan mampu menjadi arus utama (mainstream) dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur. Secara kasat mata potensi sumber daya laut yang luasnya mencapai 70 persen (5,8 juta km persegi) luas territorial, yang terjadi justru cenderung under developed condition pada sektor ini. Salah satu faktor penting dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan adalah penguasaan sains dan teknologi dan penerapannya secara terpadu dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan

Visi Indonesia dalam eksistensinya sebagai negara maritim tidak hanya tergantung pada semua gagasan dan kebijakan generasi kepemimpinan sekarang, tetapi juga pada kemampuan kita mempersiapkan generasi kepemimpinan kelautan yang kuat berikutnya untuk melanjutkan dan mengembangkan potensi besar yang kita miliki secara produktif dan inovatif. Oleh karena itu, dalam visi pendidikan nasional perlu dibentuk suatu pendidikan karakter yang sesuai dengan karakter bangsa maritim dengan cara menanamkan pemahaman tentang wawasan kebaharian kepada genarasi sejak usia dini dan kepada para pelajar untuk meyakinkan bahwa Indonesia adalah Negara bahari yang memiliki potensi sebagai bagian intergral dari kebutuhan umat manusia, keamanan, ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Tentunya dibarengi dengan pembenahan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik, komitmen serta peranan penting pemerintah yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan, pembangunan dan pemecahan masalah kelautan. Dengan demikian Indonesia sudah sepantasnya membuktikan bahwa ia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) dengan potensi ekonomi kekayaan bahari terbentang dari Sabang di barat sampai Merauke di timur, dan dari Mianggas di utara hingga Rote di selatan, terbaik dalam pemanfaatan dan pengelolaan potensi kepulauan dan kelautannya.
Oleh: Andi Iqbal Burhanuddin (Guru Besar Ilmu Kelautan UNHAS)

Fajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar