Senin, 11 April 2011

Pengerahan Militer, Mahal Tapi Bikin Takut Perompak

Jakarta - Perompak yang beraksi di perairan lepas Somalia sering beraksi. Kali ini yang menjadi korban adalah kapal kargo Sinar Kudus. Agar perompak kapok, kekuatan militer dinilai pantas dilakukan untuk membebaskan kapal, meskipun mahal.
"Perompak ini melakukan tindakan kriminal. Mereka tidak segan melakukan kekerasan dan bahkan membunuh tawanannya untuk menunjukkan kalau aksinya tidak main-main. Karena itu, mengerahkan kekuatan militer saya kira memang diperlukan," ujar pengamat hukum internasional Hariyadi Wirawan dalam perbincangan dengann detikcom, Minggu (10/4/2011).

Kekuatan militer bisa memberikan perhatian yang cukup kepada perompak bahwa pemerintah Indonesia tidak main-main jika ada kapalnya yang dibajak oleh mereka. Perompak beraksi ketika mereka melihat kemungkinan dan kelemahan dari otoritas asal kapal.

"Perompakan memilih target yang tidak dikawal, yang mudah. Ini memang mahal, tapi demi keamanan warga negara kita ke depannya, saya rasa ini perlu dilakukan," sambung staf pengajar Universitas Indonesia ini.

Apalagi bahasa perompak, lanjut pria yang pernah mengenyam pendidikan di Jawaharlal Nehru University ini, adalah bahasa kekerasan. "Saya kira mahalnya biaya untuk pengerahan militer tidak sebanding dengan keselamatan warga kita," tambahnya.

Hariyadi yakin, personel militer yang dimiliki Indonesia memiliki kemampuan untuk menumpas perompak. Yang jadi pertanyaan adalah, maukah Indonesia mengerahkan kekuatan militernya.

"Harus ada efek jera ini buat perompaknya. Kalau kita cukup tahan malu, bisa minta tolong ke negara lain untuk membebaskan kapal kita itu," ucap Hariyadi.

Diinformasikan sebelumnya, Kapal Sinar Kudus dibajak oleh perompak Somalia di perairan Laut Arab, saat melakukan perjalanan dari Pomalaa, Sulawesi Selatan menuju ke Rotterdam, Belanda, tangga 16 Maret 2011 lalu. Kapal yang diawaki oleh 31 ABK, 20 orang di antaranya Warga Negara Indonesia (WNI) tersebut bermuatan biji nikel dan seharusnya sudah sampai 34 hari setelah keberangkatan. Dari nilai tebusan awal yang diminta sebesar US$ 2,3 juta, dalam perkembangannya perompak menaikkan nilai tebusan menjadi US$ 2,4 juta atau Rp 24 miliar lalu meningkat jadi Rp 77 miliar.

Keluarga ABK mengaku sangat cemas lantaran bekal minuman tinggal untuk seminggu. Sementara logistik juga sangat minim. Pemerintah Indonesia sudah "berkoordinasi" dengan organisasi penanganan perompak di wilayah perairan tersebut.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar