Kamis, 25 November 2010

Nakhoda Angkatan Laut

Menjaga dan mempertahankan kedaulatan maritim Indonesia merupakan harga mati bagi TNI AL. Sumpah setia kepada negara tersebut dipegang teguh oleh Laksamana TNI Soeparno dan ditegaskan kembali pada awal kepemimpinannya sebagai Kepala Staf TNI AL (KSAL) menggantikan Laksamana TNI Agus Suhartono, September lalu.  
 
Untuk mengawal maritim Indonesia, menurut dia, TNI AL harus tak pernah berhenti meningkatkan kemampuan angkatan bersenjatanya, seperti peningkatan kualitas prajurit dan memodernisasi kekuatan alat utama sistem pertahanan (alutsista) sesuai kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF). 
 
Bagi pria kelahiran Surabaya, 28 September 1955, yang pernah menjabat Kepala Dinas Potensi Maritim (Kadis Potmar) ini, permasalahan keamanan sangat kompleks dan heterogen. "Dinamika lingkungan strategis masih diwarnai dengan masalah-masalah terkait perbatasan negara, pengamanan alur pelayaran, pelanggaran hukum di laut, dan penanggulangan bencana alam," ujar lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) 1978 dan mantan Wakil KSAL ini.
 
Pria yang bertekad menjadi penjaga kedaulatan negeri yang andal ini pernah mengomandani kapal perang KRI Badik-623, KRI Nala-363, dan KRI Oswald Siahaan-354. Sebagai spesialisasi kapal selam dan pernah menjabat Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim, Soeparno cukup memahami bahwa perairan Indonesia memang membutuhkan kapal selam berteknologi canggih. Karena itu, selain menginginkan kapal selam canggih, TNI AL bersama Kemenhan juga sedang membangun kapal perang canggih, Perusak Kawal Rudal (PKR).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar