Solo - Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menargetkan ke depan seluruh kebutuhan non-alutsista TNI harus dipenuhi produk dalam negeri. Selain agar devisa tetap berada di dalam negeri, juga untuk menciptakan adanya kemandirian industri pertahanan non-alutsista di tanah air.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekjen Kemenhan, Marsdya Eris Herryanto, kepada wartawan sebelum membuka rakor industri pertahanan non-alutsista yang diselenggarakan di aula PT Sritex, Sukoharjo, Jumat (26/11/2010).
Hal tersebut disampaikan oleh Sekjen Kemenhan, Marsdya Eris Herryanto, kepada wartawan sebelum membuka rakor industri pertahanan non-alutsista yang diselenggarakan di aula PT Sritex, Sukoharjo, Jumat (26/11/2010).
Eris mengatakan hingga saat ini sudah lebih dari 90 persen peralatan TNI non-alutista telah dipenuhi oleh produsen dalam negeri meskipun dalam beberapa hal bahan bakunya masih berasal dari luar negeri. Dicontohkannya kapas yang merupakan bahan baku pembuatan kain seragam dan serat khusus untuk pembuatan rompi anti peluru hingga saat ini masih didatangkan dari luar negeri.
"Namun pembuatannya sudah dilakukan di dalam negeri. Saat ini hanya tinggal beberapa item peralatan non-alutsista yang kita impor. Kacamata khusus yang mampu menahan serpihan senjata yang biasa dipakai oleh pasukan khusus misalnya, itu kita masih impor," ujarnya.
Untuk itulah pihaknya mendorong perusahaan-perusahaan dalam negeri agar mampu menciptakan peralatan non-alutsista yang mutunya bisa mengimbangi atau bahkan melebihi produk luar negeri. Meskipun tidak bisa menyebutkan angka tahunnya, namun Kemenhan menargetkan semua peralatan non-alutsista TNI harus diproduksi oleh mitra dalam negeri.
Keberadaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), kata Eris, salah satunya memang untuk terus mendorong pihak-pihak industri di dalam negeri dalam pengadaan peralatan militer non-alutsista tersebut. Menurutnya, kedepan tidak ada kata lain selain pemenuhan non-alutsista harus terpenuhi oleh mitra dalam negeri.
"Mau tidak mau kita harus menargetkan bahwa semua peralatan non-alutsista itu harus diproduksi dalam negeri. Devisa negara jangan sampai keluar dan kita harus mampu menciptakan kemandirian. Bahkan untuk alutsista kita juga terus mendorong agar dalam negeri mampu mencipta sendiri, meskipun untuk alat-alat berteknologi madya ke atas kita masih impor," lanjutnya.
Rakor tersebut dihadiri oleh 20 perwakilan perusahaan dalam negeri yang selama ini menjadi mitra Kemenhan dalam pengadaan peralatan non-alutsista dari berbagai daerah di Indonesia. Tuan rumah, PT Sritex, selama ini juga dikenal sebagai produsen berbagai peralatan non-alutsista TNI, terutama pakaian seragam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar