Kamis, 14 Oktober 2010

Manusia Perahu Bidik Jabar Selatan

BANDUNG, (PRLM).-Manusia perahu atau orang-orang Afganistan dan Pakistan yang semula mau masuk ke Australia dengan menggunakan perahu, tetapi gagal, sekarang mulai membidik masuk ke daerah Jawa Barat bagian selatan. Kawasan itu dinilai sebagai daerah aman bagi manusia perahu untuk tinggal.

Demikian dikatakan Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Bandung Kolonel Laut (S) Ivan Yulivan kepada “PRLM”, Kamis (14/10) usai diskusi “Garis Depan Nusantara” di kantor Redaksi “PR”.


Menurut Ivan Yulivan, pantai Jabar selatan tidak saja rawan untuk jalur perdagangan manusia, juga rawan digunakan jalur manusia perahu yang datang dari Afganistan dan Pakistan. Baik itu jalur untuk masuk ke Australia maupun kembali dari Negara Kanguru, ketika mereka gagal masuk.

“Australia sekarang berusaha membendung masuknya manusia perahu. Dengan kemampuan negara itu, sekarang mereka mampu menghalau kedatangan manusia perahu. Setelah gagal masuk ke Australia, mereka berusaha masuk ke daerah Jabar bagian selatan,” katanya.

Manusia perahu itu melihat bahwa kawasan Jabar selatan cukup luas, sehingga bisa untuk masuk atau tinggal. Bahkan, ada kecenderungan mereka melakukan sosialisasi dengan warga setempat yang tinggal di Jabar selatan.

Daerah yang dinilai cukup rawan yaitu Garut selatan, lalu Ujung Genteng atau kawasan Sukabumi selatan. Di daerah itu, sudah terjadi kasus manusia perahu masuk atau berusaha tinggal.

Masalah itu, harus ditangani secara keimigrasian, karena mereka masuk secara ilagal. Selain itu, kata Komandan Lanal Bandung, penanganan lebih lanjut harus dilakukan yaitu harus diantisipasi kemungkinan mereka membawa senjata atau amunisi lainnya.

“Kalau mereka membawa senjata, dikhawatirkan bisa menjadi sumber teroris. Hal itu yang harus diwaspadai bersama,” ujarnya.

Hal yang dikhawatirkan, ujar Ivan, mereka itu masuk lewat jalur di Jabar selatan yang tidak terditeksi. Lanal Bandung memang memiliki dua tempat alat diteksi, tetapi karena kawasan laut Jabar selatan panjang, banyak titik yang tidak terditeksi.

Makanya, diperlukan juga keterlibatan masyarakat untuk membantu menangani masalah itu, ketika ada manusia perahu masuk. Seperti, segera melapor ke aparatur desa atau ke pihak berwenang.

Ketika ditanya upaya apa yang akan dilakukan oleh TNI Angkatan Laut menghadapi masalah itu, dijawab oleh Kolonel Laut Ivan Yulivan, lapak jejak yaitu berjalan kaki dari Pangandaran hingga ke Pelabuhan Ratu, Kab. Sukabumi sepanjang 476 km.
 
Kegiatan itu, akan dilangsungkan bulan Desember 2010 selama 13 hari. Di setiap estafe yang dilalui, akan dilakukan pembinaan desa pesisir, lalu sosialaisasi arti penting laut dan antisipasi masuknya manusia perahu. “Ada juga upaya pemberdayaan kepada masyarakat pesisir, lalu penyuluhan hukum dan lainnya,” katanya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar