Senin, 30 April 2012

Jepang Makin Cemas Terhadap Manuver Rusia dan Cina di kawasan Asia Pasifik


Menurut laporan kantor berita Kyodo, Kamis (26/4) pesawat tempur Jepang harus meluncur 156 kali untuk merespon pesawat Cina yang mendekati teritori udaranya dalam tahun 2011.

Itu adalah angka insiden tertinggi berasal dari Cina sejak Menhan Jepang rutin mengeluarkan data itu sejak 2001 lalu.

Bukan itu saja. Rusia pun nampaknya mulai dihitung oleh otoritas keamanan nasional Jepang. Karena dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. baru pada 2011 itulah Jet militer Rusia yang sering melintas dan dekat-dekat dengan wilayah udara Jepang, memaksa negara matahari terbit itu harus bersiaga dan melakukan aksi di udara menjaga perbatasan hingga 247 kali.

Hal ini diakui oleh seorang pejabat di kementrian Pertahanan Jepang yang menyatakan kepada media Jepang bahwa pesawat-pesawat asing, terutama Cina, beberapa kali melakukan misi jarak jauh dan mendekati wilayah kedaulatan Jepang.

Barang tentu peristiwa itu dianggap 'bukti peningkatan aktivitas militer Cina' sehingga menimbulkan kekhawatiran. "Pola penerbangan akhirnya bisa dikenali dan dihalau oleh pesawat intelijen yang bekerja sangat baik," ujar si pejabat.

Jet-jet Cina itu terbang di sekitar kepulaua Nansei, terletak di sekitar Laut Cina Timur dan di atas Okinawa di mana instalasi militer Amerika Serikat berbasis.

Meski cemas, namun Pemerintah Jepang belum pada taraf panik. Buktinya Jepang tidak keberatan ketika AS mengurangi 9.000 Marinirnya dari Okinawa. Karena toh masih ada 47 ribu tentara AS yang ditempatkan di Jepang, menurut Reuters.

Apalagi pengurangan 9000 pasukan AS di Jepang tersebut hanya manuver taktis belaka, karena kemudian dialihkan ke Guam dan Darwin Australia, yang notabene tetap saja untuk menghadapi musuh bersama AS dan Jepang, yaitu Cina dan kemungkinan juga Rusia.

Dan laporan Kementerian Pertahanan Jepang memang tidak melihat ancaman lain kecuali Cina dan Rusia. Karena dari 425 insiden yang mereka temukan, lagi lagi memang hanya Cina dan Rusia yang dihadapi Pasukan Bela Diri Jepang.

Yang pasti, rilis data dari Kementrian Pertahanan Jepang, bertepatan dengan tekad Cina terhadap teritori di sekitar wilayah Asia Pasifik. China Daily beberapa hari lalu melaporkan bahwa pasukan bersenjata secara resmi berikrar untuk 'memenuhi tugas mereka' menjaga teritori Cina di Laut Cina Selatan, yang berarti negara-negara lain di area akan menyaksikan bagaimana Cina mencoba mengambil alih kekuasaan wilayah tersebut.

Kehadiran militer Cina yang kian bertambah di Laut Cina Selatan dan ancaman yang didengungkan terhadap negara-negara perbatasan, telah membelokkan perhatian AS ke Asia Pasifik. Sebagai respon, Pentagon pun mengirim pasukan pasukan dalam jumlah terbanyak sejak Perang Dunia II.

Santernya berita penempatan pasukan AS di Darwin, semula mengundang kecurigaan di Jakarta jangan jangan untuk memantau Papua. Padahal jika melihat konstalasi ketegangan di Suria dan Timur Tengah, bukak tidak mungkin perseteruan antara AS-NATO versus Cina-Rusia di Timur Tengah, bakal bergeser ke Asia Tenggara. Sehingga kehadiran pasukan AS di Darwin, harus dibaca sebagai preemptive strike menghadapi kemungkinan konflik militer terbuka AS-Cina di kawasan Asia. Sebagaimana prediksi Samuel Huntington pada 1994.

The Global

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar