RMOL. Situs Wikileaks, yang biasa menerbitkan dokumen-dokumen rahasia, juga membongkar data rahasia dari Indonesia yang masuk melalui kawat-kawat diplomatik ke negara Amerika Serikat. Disebutkan bahwa ada operasi intelijen dari Kopassus untuk membungkam para tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Helmy Faisal, yang menangani masalah informasi, intelijen, dan pertahanan, mengaku belum mengetahui keakurasian data rahasia yang dibuka oleh Wikileaks. Namun, kata Helmy, kemungkinan operasi intelijen itu memang ada.
"Memang dikatakan ada operasi intelijen, eraly warning sistem atau deteksi dini terhadap kemungkinan gangguan bersenjata yang mengancam kita. Itu saya pikir wajar saja. Tapi yang perlu dicermati ada tidaknya pelanggaran HAM terhadap warga setempat oleh aparat keamanan kita dari unsur TNI dan kepolisian," kata Helmy kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Rabu, 1/12).
Jika memang terjadi pelanggaran HAM, kata Helmy, sudah barang tentu perlu ditindak agar tidak melanggengkan pelanggaran HAM yang dibiarkan dan tidak diselesaikan. Kalau tidak, katanya, akan melahirkan satu iklim seolah-olah ada kelompok masyarakat yang kebal terhadap hukum.
Namun Helmy yakin, bentuk pengawasan intelijen masih wajar dan hanya perlu diperhatikan sehingga tidak ada penculikan atau penahanan secara sewenang-wenang. Dalam RDP mendatang, lanjutnya, Komisi I DPR akan menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan (Badan Intelijen Negara ) BIN.
"Nanti dalam RDP, kita akan tanyakan kepada Badan Intelijen Negara (BIN) termasuk juga tentang isu lainnya. Yang pasti, kebocoran ini bukan dari Indonesia tapi dikomunikasikan dari institusi atau lembaga diplomatik sahabat kita yang ada disini ke ibukotanya," demikian Helmy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar