“Tadi malam badainya besar sekali,” kata Koordinator Komunikasi PMI Daerah Sumatera Barat Eko Suhadi yang dihubungi melalui telepon, Selasa (2/11).
Eko menuturkan, untuk menyelamatkan diri, kapal Budyadhari berlindung di balik pulau kecil. Namun dari informasi BMKG akan terjadi gelombang tinggi hingga lima meter, kapal dipercepat menuju Sikakap untuk berlindung di pulau yang lebih besar. Begitu juga tiga kapal lainnya. “Kami sudah di tepi saat badai besar terjadi,” ujar Eko.
Ketua Asosiasi Kapal Selancar Sumatera Barat (AKKSB) Aim Zein menjelaskan, kapal-kapal selancar milik AKKSB yang digunakan untuk menyalurkan bantuan untuk korban tsunami di hadang badai di Pulau Pagai, dan akhirnya kapal-kapal itu berlindung di balik pulau.
“Semua kapal selamat, semalam dari radio kami dapat laporan dari empat kapal kami yaitu Nomad, Arimbi, Budyadhari, Tenggiri menghadapi badai, pohon kelapa bertumbangan, mereka mengatakan ini badai terbesar di Mentawai yang pernah mereka alami. Padahal mereka itu bule-bule yang berpengalaman di perairan itu. Mereka biasa bermain surfing di sana,” tutur Aim Zen.
Aim Zen mengingatkan agar pihak yang akan membawa bantuan logistik maupun relawan agar cermat memperhatikan kondisi cuaca sebelum berlayar ke Mentawai sekarang. “Kalau tidak punya pengalaman amat berbahaya. Sebaiknya tunggu cuaca sudah benar-benar dinyatakan aman oleh Syahbandar.”
Menurut Aim, sebelumnya kapal pengangkut bantuan dari PMI terdampar dan sebuah boat yang membawa bantuan dan petugas PLN terbalik dihantam badai. “Jangan sampai jatuh korban. Niat memberi bantuan memang baik, tetapi jangan sampai membahayakan jiwa,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar