HANOI– China tampaknya akan berusaha sekuat tenaga menjaga perairan Laut China Selatan yang masih disengketakan itu dari pihak-pihak yang ”dirasa mengganggu” kawasan itu.
Kemarin, Financial Times melaporkan pada Juli lalu sebuah kapal perang China meminta sebuah kapal angkatan laut milik India agar mengidentifikasikan diri dan menjelaskan kehadirannya di Laut China Selatan di perairan di luar Vietnam.
Koran berbasis London itu melaporkan bahwa lima orang yang mengerti insiden itu menyebutkan kejadian itu terjadi di perairan internasional beberapa saat setelah kapal penyerang amfibi India,INS Airavat, menyelesaikan sebuah panggilan dermaga terjadwal di Vietnam.
Insiden itu yang terakhir dari serangkaian aksi tahun ini yang telah menyebabkan kekhawatiran mengenai ketegasan maritim Beijing di antara negara regional lainnya—terutama Vietnam dan Filipina. Delhi mengonfirmasi kontak itu, tapi menolak indikasi ada konfrontasi. Pada 22 Juli, setelah berlayar sekitar 45 mil dari Nha Trang, INS Airavat dipanggil dari saluran radio oleh seseorang yang menyebut diri sebagai Angkatan Laut China.
”Anda memasuki perairan China,” ujar penelepon radio itu, menurut pernyataan pemerintah India yang dikutip AFP. Saat itu, tidak ada kapal atau pesawat yang terlihat dari kapal India, yang sedang melakukan perjalanan terjadwal.
”India mendukung kebebasan navigasi di perairan internasional, termasuk Laut China Selatan dan hak melintasi kawasan itu sesuai prinsip hukum internasional. Prinsip itu seharusnya dihormati semua pihak,”tandas Delhi.
China menegaskan memiliki kedaulatan di atas seluruh wilayah Laut China Selatan, rute dagang global utama, di mana pengakuan kepemilikan Beijing atas kepulauan Spratly yang diperkirakan kaya minyak itu bertabrakan dengan klaim Vietnam,Filipina,Taiwan, Brunei, dan Malaysia. Selain Spratly, China dan Vietnam juga sudah lama terlibat persengketaan atas kepulauan Paracels yang letaknya jauh lebih ke utara.
Pada tengah kedua Juli lalu, INS Airavat mengunjungi Nha Trang di Vietnam Selatan- Tengah dan dermaga utara Haiphong ketika insiden itu terjadi. ”Sesuatu benar-benar terjadi,” ujar salah satu sumber yang mengetahui insiden itu kepada AFP. Dia menambahkan, tidak jelas sejauh apa pantai Vietnam ketika insiden itu terjadi.
”Itu ciri khas pendekatan China,”papar sumber itu.”Kapal China itu berusaha mempertegas bahwa itu adalah wilayah mereka dan apa yang kalian lakukan di wilayah mereka.” Kementerian Luar Negeri Vietnam belum merespons permintaan untuk memberikan komentar.
Dalam beberapa bulan terakhir, Filipina dan Vietnam keberatan atas apa yang mereka sebut gangguan kapal eksplorasi dan nelayan China di Laut China Selatan. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton pada Juli lalu mengecam tindakan ”intimidasi” di perairan, yang mereka sebut punya kepentingan nasional dalam navigasi bebas.
Meski terus bersengketa, negara-negara yang mengklaim kepentingan di Laut China Selatan terus berusaha melakukan berbagai upaya damai.Kemarin China dan Filipina menegaskan berkomitmen pada ”dialog”damai untuk menyelesaikan persengketaan mereka pada wilayah itu.
Penegasan komitmen dialog itu tertuang pada pernyataan bersama yang dikeluarkan Presiden China Hu Jintao dan Presiden Filipina Benigno Aquino yang sedang berkunjung ke Beijing. ”Kedua pemimpin saling berbagi pandangan mengenai persengketaan maritim dan sepakat tidak akan membiarkan persengketaan maritim itu memengaruhi gambaran persahabatan yang lebih luas dan kerja sama antara kedua negara,” ungkap pernyataan itu. ”
Kedua pemimpin negara kembali menegaskan komitmen mereka untuk menyelesaikan persengketaan itu melalui dialog damai, mempertahankan perdamaian regional, keamanan, stabilitas, dan lingkungan yang kondusif untuk kemajuan ekonomi.” Sehari sebelumnya Aquino menyatakan, negaranya terbuka untuk bisnis selama kunjungan itu di mana delegasi besar Filipina berusaha menarik investor China di bidang pariwisata, pertanian, dan infrastruktur. ”
Mereka bahkan benar-benar merespons bahwa harus ada kesepakatan yang sudah diberlakukan untuk code of conduct di Laut China Selatan atau Laut Filipina Barat. Itu sangat signifikan,” ujar Aquino, dikutip Reuters.”Tidak ada peningkatan ketegangan. Itu sangat,sangat jelas.Sangat signifikan bahwa mereka akan mendorong kode itu.
Bukan hanya pernyataan prinsip, melainkan menyetujui kesepakatan bagaimana masingmasing dan tiap pihak dalam persengketaan itu bisa bertindak.” Sebelumnya Hu menyebut kunjungan Aquino itu akan meningkatkan hubungan strategis dan kerja sama antara China dan Filipina.
Sebuah komentar yang dipublikasikan kantor berita resmi Xinhua menyebut hubungan antara kedua negara itu harus didukung hubungan dagang yang kuat dan penyelesaian persengketaan maritim yang layak di Laut China Selatan.
Kemarin, Financial Times melaporkan pada Juli lalu sebuah kapal perang China meminta sebuah kapal angkatan laut milik India agar mengidentifikasikan diri dan menjelaskan kehadirannya di Laut China Selatan di perairan di luar Vietnam.
Koran berbasis London itu melaporkan bahwa lima orang yang mengerti insiden itu menyebutkan kejadian itu terjadi di perairan internasional beberapa saat setelah kapal penyerang amfibi India,INS Airavat, menyelesaikan sebuah panggilan dermaga terjadwal di Vietnam.
Insiden itu yang terakhir dari serangkaian aksi tahun ini yang telah menyebabkan kekhawatiran mengenai ketegasan maritim Beijing di antara negara regional lainnya—terutama Vietnam dan Filipina. Delhi mengonfirmasi kontak itu, tapi menolak indikasi ada konfrontasi. Pada 22 Juli, setelah berlayar sekitar 45 mil dari Nha Trang, INS Airavat dipanggil dari saluran radio oleh seseorang yang menyebut diri sebagai Angkatan Laut China.
”Anda memasuki perairan China,” ujar penelepon radio itu, menurut pernyataan pemerintah India yang dikutip AFP. Saat itu, tidak ada kapal atau pesawat yang terlihat dari kapal India, yang sedang melakukan perjalanan terjadwal.
”India mendukung kebebasan navigasi di perairan internasional, termasuk Laut China Selatan dan hak melintasi kawasan itu sesuai prinsip hukum internasional. Prinsip itu seharusnya dihormati semua pihak,”tandas Delhi.
China menegaskan memiliki kedaulatan di atas seluruh wilayah Laut China Selatan, rute dagang global utama, di mana pengakuan kepemilikan Beijing atas kepulauan Spratly yang diperkirakan kaya minyak itu bertabrakan dengan klaim Vietnam,Filipina,Taiwan, Brunei, dan Malaysia. Selain Spratly, China dan Vietnam juga sudah lama terlibat persengketaan atas kepulauan Paracels yang letaknya jauh lebih ke utara.
Pada tengah kedua Juli lalu, INS Airavat mengunjungi Nha Trang di Vietnam Selatan- Tengah dan dermaga utara Haiphong ketika insiden itu terjadi. ”Sesuatu benar-benar terjadi,” ujar salah satu sumber yang mengetahui insiden itu kepada AFP. Dia menambahkan, tidak jelas sejauh apa pantai Vietnam ketika insiden itu terjadi.
”Itu ciri khas pendekatan China,”papar sumber itu.”Kapal China itu berusaha mempertegas bahwa itu adalah wilayah mereka dan apa yang kalian lakukan di wilayah mereka.” Kementerian Luar Negeri Vietnam belum merespons permintaan untuk memberikan komentar.
Dalam beberapa bulan terakhir, Filipina dan Vietnam keberatan atas apa yang mereka sebut gangguan kapal eksplorasi dan nelayan China di Laut China Selatan. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton pada Juli lalu mengecam tindakan ”intimidasi” di perairan, yang mereka sebut punya kepentingan nasional dalam navigasi bebas.
Meski terus bersengketa, negara-negara yang mengklaim kepentingan di Laut China Selatan terus berusaha melakukan berbagai upaya damai.Kemarin China dan Filipina menegaskan berkomitmen pada ”dialog”damai untuk menyelesaikan persengketaan mereka pada wilayah itu.
Penegasan komitmen dialog itu tertuang pada pernyataan bersama yang dikeluarkan Presiden China Hu Jintao dan Presiden Filipina Benigno Aquino yang sedang berkunjung ke Beijing. ”Kedua pemimpin saling berbagi pandangan mengenai persengketaan maritim dan sepakat tidak akan membiarkan persengketaan maritim itu memengaruhi gambaran persahabatan yang lebih luas dan kerja sama antara kedua negara,” ungkap pernyataan itu. ”
Kedua pemimpin negara kembali menegaskan komitmen mereka untuk menyelesaikan persengketaan itu melalui dialog damai, mempertahankan perdamaian regional, keamanan, stabilitas, dan lingkungan yang kondusif untuk kemajuan ekonomi.” Sehari sebelumnya Aquino menyatakan, negaranya terbuka untuk bisnis selama kunjungan itu di mana delegasi besar Filipina berusaha menarik investor China di bidang pariwisata, pertanian, dan infrastruktur. ”
Mereka bahkan benar-benar merespons bahwa harus ada kesepakatan yang sudah diberlakukan untuk code of conduct di Laut China Selatan atau Laut Filipina Barat. Itu sangat signifikan,” ujar Aquino, dikutip Reuters.”Tidak ada peningkatan ketegangan. Itu sangat,sangat jelas.Sangat signifikan bahwa mereka akan mendorong kode itu.
Bukan hanya pernyataan prinsip, melainkan menyetujui kesepakatan bagaimana masingmasing dan tiap pihak dalam persengketaan itu bisa bertindak.” Sebelumnya Hu menyebut kunjungan Aquino itu akan meningkatkan hubungan strategis dan kerja sama antara China dan Filipina.
Sebuah komentar yang dipublikasikan kantor berita resmi Xinhua menyebut hubungan antara kedua negara itu harus didukung hubungan dagang yang kuat dan penyelesaian persengketaan maritim yang layak di Laut China Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar