Senin, 04 Juli 2011

Harapan Baru Pengembangan Budi Daya Laut


Oleh: Sulkaf S. Latief (Staf Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulsel)

INDONESIA yang dikenal memiliki sumber daya alam laut yang cukup beragam sehingga pengembangannya pun masih sangat menjanjikan di masa akan datang. Meski diakui bahwa untuk mengembangkaan hasil laut itu melalui berbagai cara termasuk budi daya cukup memiliki berbagai kendala yang dihadapi, namun kendala itu pun bisa disiasati sehingga dapat mewujudkan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang khususnya yang berdomisili di daerah pesisir, sehingga kita katakan harapan baru bagi masyarakat petani nelayan yang ada di tanah air.

Khusus di Sulawesi Selatan yang cukup strategis dan dikenal sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI), sehingga sangat mendukung berbagai usaha yang dikembangkan terutama masalah budi daya ikan, baik yang dilakukan di tambak maupun di laut. Apalagi budi daya sudah sangat dikenal dan tidak asing lagi bagi masyarakat seperti budi daya rumput laut dan udang, sehingga ke depan bukan hanya itu yang perlu dilakukan tapi masih banyak jenis ikan laut lainnya yang juga tidak kala baiknya dapat dibudiayakan oleh masyarakat.

Apalagi Kementerian Kelautan dan Perikanan terus melakukan upaya untuk meningkatkan hasil perikanan budi daya di tanah air. Kenaikan produksi yang bakal digenjot untuk perikanan budi daya mencapai 353 persen. Maka DKP tengah menggelontorkan berbagai program. Penempatan perikanan budi daya sebagai primadona bukanlah tanpa alasan, karena Indonesia memiliki potensi lahan budi daya seluas 11.806,392 hektare dan baru dimanfatkan seluas 762.320 hektare atau 6,46 persen sehingga masih tersisa lahan 11.044.072 hektare atau 93,65 persen yang belum dimanfaatkan. (Demersal, Desember 2009).

Terlepas dari itu, potensi budi daya laut sudah mulai dikembangkan untuk mendukung ketersediaan ikan di tanah air, baik untuk dilakukan sebagai bahan konsumsi maupun untuk tujuan ekspor. Salah satunya adalah ikan cobia yang saat ini mulai dilirik oleh para pengusaha dan masyarakat untuk dibudi dayakan.

Namun, sebelum kita terlalu jauh membicarakan tentang ikan cobia, maka perlu diketahui bahwa ikan cobia ini merupakan salah satu jenis ikan yang sudah dapat dibudidayakan di laut. Ikan cobia (Rachycentron canadum) merupakan ikan ekonomis penting di Asia dan mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat. Cobia hidup di perairan tropis dan subtropis. Ikan ini banyak ditemukan di Pasifik, Atlantik, dan sebelah barat daya Meksiko. Meski budi daya cobia di Indonesia baru pada tahap percobaan. Namun demikian, pembenihan dan pembesaran cobia sudah bisa dilakukan dan bahkan usaha budi dayanya sudah mulai dikembangkan.

Selain itu, cobia juga dikenal memiliki banyak nama seperti nama dagangnya cobias, sergeanfishes, blac kingfishes, dan nama lokal disebut Gabis Laut. Wajar saja kalau ikan jenis ini masih sangat asing bagi masyarakat khususnya petani nelayan yang ada di daerah pesisir. Tapi itu bukan suatu hal yang tidak bisa dikembangkan karena saat ini berbagai negara pun sudah banyak melakukan budi daya, terutama melakukan berbagai penelitian untuk melihat perkembangan atau pertumbuhan yang ada bahkan dapat mencapai ukuran berat 15 kilogram pada umur 20 bulan. Disamping itu, ikan cobia ini termasuk komoditas ikan keramba yang popular di Taiwan sejak tahun 1990.

Ikan cobia merupakan ikan pelagik, dengan gerakan sangat aktif; dapat berubah warna dimana pada keadaan normal dan stres berwarna hitam dengan dua garis putih pada samping badan membujur dari leher sampai ke pangkal ekor. Sedangkan bila ditempatkan pada wadah yang berwarna terang maka warna kulitnya akan berubah keabuabuan.

Bentuk tubuh cobia menyerupai torpedo sehingga dicap sebagai ikan perenang cepat, kepala dan mulut relatif lebar dibandingkan bagian tubuh lainnya. Sisik berukuran kecil dan terbenam dalam kulit yang tebal. Sirip punggung panjang dengan duri dan jari-jari.

Sekarang usaha cobia menjamur di Vietnam untuk pemasaran di Amerika Serikat (AS). Di US sendiri komoditas ini mulai dipelajari dan dikembangkan usahanya. Kelulushidupan (SR) telur-larva adalah 5-10 persen di Taiwan, dan 20-25 persen di US, SR penggelondongan 90- 100 persen dan SR di pembesaran 90 persen. Cobia tumbuh dari ukuran 70-100 gram menjadi 1 kilogram setelah tiga bulan di keramba, tiga kilogram setelah delapan bulan dan lima kilogram setelah sebelas bulan. FCR 1.7-2.0 : 1 bagian yang dijual dalam bentuk skin-on fillet mencapai 50-55 persen. Harga jual USD7 hingga USD8 per kilogram. Ikan cobia dengan mudah beradaptasi dengan pakan buatan semi mengapung (lambat tenggelam) dengan komposisi protein: lemak 5 : 1. (http://hobiikan.blogspot.com)

Dengan demikian, maka budi daya laut khususnya ikan cobia ini sangat prospek untuk dikembangkan, karena selain benihnya sudah dapat diperoleh juga nilai ekonomisnya cukup lumayan apalagi pertumbuhannya tergolong cepat. Inilah harapan baru bagi masyarakat yang akan memulai atau beralih ke jenis ikan lain sehingga bisa memberikan hasil yang cukup baik. Apalagi jika masyarakat pernah melakukan budi daya seperti ikan kerapu tapi kurang beruntung, maka bisa dicoba untuk ikan cobia ini.

Untuk melakukan itu, maka salah satu cara yang dianggap baik adalah menggunakan keramba jaring apung. Perlu diketahui bahwa keramba itu juga sudah ada kemajuan, bukan lagi menggunakan kayu atau bahan yang selama ini dipakai oleh masyarakat, tapi karena perkembangan teknologi, maka Keramba Jaring Apung (KJA) dengan sistim Bongkar Pasang (Knock Down) yang ramah lingkungan ini pun muncul dengan bahan yang berbeda dan caranya yang cukup mudah karena dapat dibongkar pasang sesuai dengan keinginan masyarakat sendiri.

Memang diakui bahwa di Indonesia keberhasilan dalam kegiatan pengembangan pembudidyaaan ikan cobia relatif baru, apalagi di Sulawesi Selatan. Namun, keberhasilan awal pembenihan cobia dimulai pada tahun 2007 yang merupakan hasil riset dari BBRKP Gondol –Bali, meski produksinya belum berkesinambungan. Balai Besar Pengembangan Budi daya Laut (BBPBL Lampung telah mngembambangkan benih ikan cobia hasil budi daya yang berasal dari BBRKP Bali menjadi calon induk untuk kegiatan pembudiayaan dan pada akhir bulan Oktober 2009 telah berhasil memijahkan induk cobia secara alami di bak beton 200 meter kubik.

Oleh karena itu, pengembangan budi daya laut ini dengan menggunakan KJA masih sangat terbuka dan peluang usaha itu sangat menjanjikan masa depan, apalagi ikan cobia memiliki pangsa pasar yang juga terbuka lebar.

Peluang cobia sebagai pendatang baru di Indonesia untuk dikembangkan hingga ke tahap yang lebih komersil karena selain mudah diproduksi, masa panennya juga pendek untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi yakni 4-6 kg. dan pangsa pasar skala internasional untuk ekspor ke Jepang, USA dan Eropa.

Apalagi Indonesia pada tahun 2015 sebagai penghasil perikanan terbesar dan salah satunya dapat diwujudkan dengan produksi cobia secara besar-besaran melalui peningkatan minat budi daya pada sentra budi daya swasta nasional. Karena kapan kita tidak membukakan peluang itu, maka sulit untuk mencapai apa yang menjadi target pada tahun 2015 akan datang.

Dengan demikian, maka potensi untuk mengembangkan ikan cobia mulai dari tingkat atas (pengusaha besar) sampai kepada masyarakat bawah (petani nelayan) perlu didukung untuk membuka peluang usaha yang mudah dan cepat menghasilkan uang tersebut. Sebab ikan cobia yang tergolong ikan yang memiliki kelezatan yang luar biasa saat dikonsumsi, juga tak kalah pertumbuhannya dengan jenis ikan lainnya yang selama ini dikenal oleh masyarakat.

Cobia telah menjadi ikan favorit di beberapa negara karena cobia memiliki rasa yang enak. Kaya kandungan DHA dan asam omega 3 serta mudah diolah menjadi masakan yang lezat, selain itu, warna dagingnya yang putih dan liat dengan sedikit duri menjadi cobia banyak diminati di mancanegara (Anonymus, 2008).

Olehnya itu, ikan cobia ini sebagai pendatang baru di tanah air perlu mendapat perhatian serius bagi masyarakat, karena selain budi dayanya cukup simpel juga pertumbuhannya tergolong cepat dan pangsa pasarnya masih terbuka lebar terutama di Eropa dan Amerika. Semoga petani nelayan khususnya yang bergerak dalam usaha budi daya ikan dapat memanfaatkan peluang bisnis yang ada. Jangan sampai peluang ini tidak ditangkap lagi dan diambil oleh orang lain. Semoga!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar