Minggu, 28 November 2010

Suara Artileri Menggelegar, Korut Menyerang?

 

VIVAnews -- Konfrontasi dua Korea makin mengkhawatirkan. Minggu 28 November 2010, pihak militer Korea Selatan mengatakan, suara artileri terdengar di Pulau Yeonpyeong.

Artileri terdengar dari basis militer Korea utara di sebelah utara perbatasan laut antara dua Korea. Belum dipastikan di mana artileri itu menghantam. Pihak Korsel sedang mengkonfirmasi informasi tersebut.

Namun, efek informasi itu luar biasa. Minggu pagi, alarm peringatan bahaya dibunyikan, pengumumkan diperdengarkan dari pengeras suara. Isinya: penduduk Pulau Yeonpeang diperingatkan untuk berlindung.

Kantor penyiaran, Yonhap memberitakan, peringatan dikeluarkan menyusul dugaan adanya artileri yang ditembakkan pihak utara.

Insiden ini terjadi di hari yang sama dengan pelaksanaan latihan perang gabungan Korea Utara dan Amerika Serikat. Di pihak Korut, latihan perang-perangan ini dituding sebagai provokasi.

Hubungan dua korea makin memanas akhir-akhir ini. Dipicu dua insiden. Pertama, insiden tenggelamnya Kapal Perang Cheonan milik Korsel.

Saat itu 46 marinir Korsel tewas. Kendati tak ada indikasi serangan, Korea Utara diduga merupakan dalang di balik tragedi ini.

Insiden kedua terjadi Selasa 23 November 2010, serangan artileri Korea Utara menghajar Pulau Yeonpyeong. Akibatnya, dua orang tentara Angkatan Laut (AL) dan dua warga sipil Korsel tewas. Sementara, 19 tentara AL dan warga sipil mengalami luka-luka akibat 200 artileri yang ditembakkan Korut.

Serangan ke Pulau Yeonpyeong adalah konfrontasi terbuka kali pertama terhadap penduduk sipil sejak berakhirnya Perang Korea 57 tahun lalu.

Walau dibantu Amerika Serikat, Korea Utara tak bisa dianggap enteng. Selain memiliki nuklir, para petinggi negeri itu, juga rakyatnya tak mudah ditundukan.

Mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, menjelaskan soal ini dalam tulisannya di Washington Post, Rabu 24 November 2010. "Berurusan dengan Korut telah lama menjadi tantangan bagi AS," tulis Carter. Presiden AS ke-39 itu menilai karakter unik membentuk rezim, dan masyarakat negeri itu. Tak gampang tunduk pada asing. Carter menyebut karakter itu sama seperti agama.

Kekuatan militer kedua negara juga hampir seimbang. Bahkan jika tidak dibantu Amerika Serikat, kekuatan Korea Utara lebih di atas angin.

VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar