JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) memiliki kesepahaman untuk mengaktifkan kembali sekolah penerbang tempur udara.
Kesepahaman ini akan diwujudkan, setelah adanya penelitian dari masing-masing angkatan udara kedua negara, TNI Angkatan Udara (AU), dan Royal Singapore Air Force (RSAF).
Kesepahaman ini akan diwujudkan, setelah adanya penelitian dari masing-masing angkatan udara kedua negara, TNI Angkatan Udara (AU), dan Royal Singapore Air Force (RSAF).
"Ada gagasan untuk membangun fighter pilot school. Tapi, kita (Kemenhan) akan serahkan kepada TNI AU karena mereka yang lebih mengetahui tentang kebutuhan angkatan udara kita," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kantor Kemhan, Jakarta, Kamis (9/12) usai menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertahanan Singapura yang juga Deputi Perdana Menteri Singapura Teo Chee Hean.
Dalam pertemuan tersebut, Purnomo didampingi Wakil Menhan Letjen Purn Sjafrie Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, Irjen Kemhan Laksdya TNI Gunadi, dan sejumlah pejabat eselon I Kemhan.
Sedangkan, Teo didampingi Dubes Singapura untuk Indonesia HE Ashok Mirpuri, Senior Parliamentary, Ministry of National Development Mohammad Maliki bin Osman, dan Atase Pertahanan Singapura Colonel Tham Bian.
Sebelumnya, Menhan Singapura Teo Chee Hean ikut menyaksikan latihan bersama tahunan TNI AU dengan Angkatan Udara Singapura (RSAF) yang telah berlangsung 30 tahun dengan sandi Elang Indopura 2010.
Kedua negara melibatkan setengah skuadron udara pesawat tempur yang dimiliki. Indonesia mengerahkan empat pesawat tempur F-16 seri A dan dua F-16 seri B, sementara Singapura melibatkan pesawat serupa namun dari seri yang lebih muda dan canggih dari sisi avionika tempurnya, yaitu F-16 Blok 52.
Purnomo menjelaskan, kesepahaman mengaktifkan kembali sekolah penerbang tempur Indonesia - Singapura ini juga disambut positif Wakil Presiden Boediono. Sebab, rencana kerja sama ini merupakan bagian dari kerjasama kuat yang selama ini terjalin harmonis dalam bidang pertahanan dan militer.
Sarana Prasarana
Khusus sekolah penerbang tempur, kedua negara punya kesepahaman untuk meningkatkan profesionalisme masing-masing penerbang tempur udaranya. Namun, untuk pemilihan lokasi sekolah penerbang tersebut, ia mengatakan, kedua negara juga masih harus melakukan pembahasan lebih lanjut untuk mendefenisikan kesepahaman.
"Singapura belum memiliki lokasi untuk latihan. Sedangkan kita punya. Selain itu, bagi Singapura defenisi sekolah penerbang bagi Singapura, bahwa sekolah itu setingkat S-3 di sekolah umum," ujarnya.
Sementara itu. Eris mengatakan, untuk mengaktifkan kembali sekolah penerbang tempur harus didukung sarana dan prasarana yang memadai, seperti lokasi simulasi, landasan, perkantoran bahkan pesawat. Memaknai penerbang tempur, tentu membahas peningkatan profesional taktik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar