Kamis, 28 Oktober 2010

Modernisasi Kikis Budaya Maritim


JAYAPURA, KOMPAS.com--Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Papua Indonesia (GMPI), Habelino Sawaki mengatakan, praktik modernisasi yang semakin menguat beberapa tahun terakhir, telah mengikis budaya lokal tentang pengetahuan kemaritiman dan kelautan.

"Budaya konsumtif telah membuat anak-anak muda, terutama nelayan, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil maksimal tanpa mempertimbangkan efek negatif yang ditimbulkan kemudian," katanya di Jayapura, Rabu.

Menurut dia, banyak nelayan sekarang yang menggunakan jalan pintas seperti penggunaan bom untuk menangkap ikan, yang justru menjadi penyebab kerusakan lingkungan laut.

Habelino Sawaki, yang juga mantan ketua senat Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua itu menambahkan, hal tersebut disebabkan masyarakat yang tinggal di pesisir maupun di pulau-pulau kecil secara mudah dapat memperoleh informasi dari televisi.

"Mereka menerima begitu saja informasi mengenai pakaian, mode dan gaya hidup di kota besar, dan mereka menggunakan hal tersebut sebagai acuan untuk meningkatkan sumber penghasilan mereka," kata dia.

Dia mengatakan, parabola sebagai penangkap siaran televisi sudah banyak dimiliki warga di pesisir dan pulau-pulau terpencil, menjadi salah satu penyebab modernisasi dalam masyarakat itu sendiri.

"Siaran-siaran televisi banyak menawarkan materi yang mengacu pada kehidupan modern di kota terutama di pulau Jawa," kata Habelino Sawaki.

Hal tersebut menurut dia, membuat anak-anak muda daerah pesisir tidak lagi menghargai budaya lokal dan menjaga keseimbangan ekosistem kelautan wilayahnya.

Sementara mengenai praktek penangkapan ikan secara destruktif, Habelino Sawaki berpendapat, saat ini sudah terbentuk jaringan "mafia" dalam kehidupan nelayan tradisional.

Kehidupan "mafia" nelayan pengebom ikan, mulai dari sistem sosial, ekonomi, budaya, dan bahkan jaringan pengiriman alat-alatnya dari luar Indonesia seperti India, Malaysia, dan Bangladesh.

"Saya pikir hal ini harus menjadi perhatian semua pihak terkait termasuk pemuda," ujarnya.

KOMPAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar