Jumat, 26 November 2010

RI Tolak Bangun Pakta Pertahanan dengan AS

Jakarta - Pemerintah menolak tawaran Amerika Serikat (AS) yang ingin membangun aliansi pertahanan militer dengan Indonesia dalam sebuah pakta pertahanan militer. Salah satu keinginan AS adalah ingin membangun pangkalan militer di salah satu wilayah di Indonesia. 
 
Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia menolak pembangunan pakta pertahanan militer dengan negara mana pun. “Kita tegaskan bahwa kita tidak bisa melaku­kan pakta pertahanan militer dengan negara mana pun,” katanya seusai bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS) Scot Marciel di Kemen­terian Pertahanan (Kemenhan), Jakarta, Rabu (23/11).
 
Pertemuan itu juga dihadiri Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Atase Pertahan­an dan Militer Kedutaan Besar Amerika Serikat Kolonel Russell N Bailey. Dalam pertemuan itu, Dubes Scot sempat membicarakan soal aliansi pertahanan militer dengan Indonesia. Namun, Purnomo menegaskan Indonesia menganut politik bebas aktif sehingga tidak akan berpihak pada negara pun.
 
“Apa yang bisa kita lakukan itu dengan negara lain, misalnya, operasi militer selain perang. Paling banter latihan gabungan. Itu pun dalam rangka pendidikan dan pelatihan,” katanya.
 
Dalam beberapa tahun terakhir, tersiar kabar Amerika Serikat tengah mendekati pemerintah untuk mendapatkan izin membangun pang­kalan militer di Indonesia. Secara geografis, beberapa wilayah di Indonesia dianggap sangat strategis, di antaranya Sulawesi Utara, yang letaknya berada di bibir Samudra Pasifik.

Keputusan Tepat
Menanggapi kebijakan itu, pengamat militer dari Universitas Indonesia (UI) Andi Widjajanto menilai, keputusan pemerintah menolak tawaran AS sangat tepat. Ini karena Indonesia mengangut pilar politik bebas aktif.
 
Menurut Andi, kepentingan dan minat AS terhadap Indonesia sangat besar karena beberapa wilayah di Indonesia sangat strategis untuk menjadi jalur mobilisasi kapal perang dan kapal selam nuklir milik Amerika Serikat.
 
“Laut Sulawesi, Laut Jawa, Lombok, hingga Selat Malaka itu sangat cocok untuk dilintasi kapal-kapal perang AS. Maka dari itu, mereka hingga saat ini meminta Indonesia untuk membuka jalur barat hingga timur,” katanya.
 
Ia menambahkan, perairan dalam di Laut Sulawesi dan Laut Arufuru merupakan wilayah perairan yang tepat bagi AS untuk digunakan sebagai jalur kapal selam nuklir AS. Beberapa wilayah daratan Indonesia juga menarik bagi AS, seperti Biak di Papua dan Sabang di Aceh. 
 
“Bagi Amerika Serikat, Biak merupakan salah satu titik paling ideal di dunia untuk meluncurkan roket dan satelit. Kemudian, Sabang juga dinilai tempat yang cocok untuk meluncurkan rudal jarak jauh guna melindungi armada perang AS di Pasifik saat melintas di Laut China Selatan,” katanya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat menggunakan acount FB anda untuk posting komentar